MONSTER JAHAT VS MONSTER BAIK
Dua monster lagi bertarung. Randall
Boggs, si monster jahat, selalu menggunakan cara-cara liciknya buat menyerang
si Sulley, monster yang baik. Kadang Randall suka menghilang lalu menghantam
perut si Sulley. Meskipun Sulley berbadan lebih besar dan bisa mengalahkan Randall
dengan sekali cekik, tapi Randall terlalu lihai untuk diketahui keberadaannya.
Kalo dua monster ini dipertandingkan di atas ring, maka kita sebenernya bisa
tau siapa yang bakalan memang di akhir pertandingan itu. Kok bisa? Yup! Yang
menang adalah monster yang kita kasih makan paling banyak! Hehe. So, kamu
ngasih makan monster yang mana? Si Randall yang licik atau Sulley yang baik
hati? Dialah yang bakalan menang!
Di dalam kita emang ada dua kekuatan
yang saling berperang. Kekuatan baik sama kekuatan jahat. Yang mana yang akan
menang semuanya tergantung kita. Mana yang kita ‘kasih makan’ itulah yang
menang. Mungkin kita gak sadar kapan kita ‘kasih makan’ monster jahat itu. Tiap
kali kita ngembangin kebiasaan buruk, mikir yang negatif, melakukan yang
negatif, sebenarnya kita lagi kasih makan monster jahat itu. Sebaliknya juga
kalau kita ngembangin kebiasaan baik, ngomong yang positif, selalu bersyukur
sama Tuhan, mikir positif, kita lagi kasih makan monster yang baik. Nah
sekarang tinggal monster mana yang paling banyak dikasih makan yang bakal
menguasai hidup kita. Tanpa sadar kita kasih makan ‘monster jahat’ atau ‘monster
baik’ lewat kebiasaan kita tiap hari.
Kadang kita gak nyadar kalo cara kita
memandang kehidupan –sikap kita dan cara kita bertindak- itu adalah perilaku
yang dipelajari bertahun-tahun en berulang-ulang, alias kebiasaan. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku yang kita lakukan
otomatis tanpa memikirkannya, hampir tanpa sadar. Jadi kalau kita pengen
serigala baik yang menang, kita mesti kembangin kebiasaan yang baik. Soalnya
kebiasaan kita bakal tentuin masa depan kita. Bisa jadi kebiasaan kita
keliatannya gak salah secara hukum, atau moral, tapi bisa jadi kebiasaan itu
bikin kita gak produktif, gak bertumbuh en gak dewasa.
Tiga Sekawan
Pentingnya mengembangkan kebiasaan yang baik.
Taukah kamu, kita mempunyai tiga
sekawan dalam hidup kita: Temperamen,
Kepribadian dan Karakter.
Temperamen
adalah gabungan sifat-sifat bawaan dari lahir. Nggak ada temperamen yang buruk
(ataupun baik), alias temperamen bisa jadi baik ataupun jadi buruk. Temperamen
yang baik (apapun itu) adalah temperamen yang dikendalikan oleh Roh Kudus.
Kepribadian adalah
apa yang terlihat oleh luar alias orang lain dari kita. Apa yang ingin kita
tunjukkan pada dunia luar, pada temen-temen kita, pada lingkungan kita, maka
kepribadianlah yang muncul. Itu bisa aja memang aslinya kita, tapi kebnayakan
yang keluar adalah topeng atau bukan
sebenarnya. Biasanya kita jadi jaim, soalnya pengen keliatan baik, pengen
disegani, karena malu, dsb. Misalnya aslinya kita jorok, tapi kalo keluar rumah
atau ada cewek/cowok gebetan kita maka kita segera pake baju bersih rapi en
wangi. Atau kita punya kebiasaan ngomong kasar, tapi pas ada tamu omongannya
jadi sopan.
Karakter
adalah jati diri asli kita. Jadi kalo pas ada tamu kita ngomong sopan itu
karena memang kita selalu sopan, bukan jaim. Kalo pengen tau karakter asli kita
kita, kita bisa melihatnya pada saat nggak ada orang lain yang melihat kita. Apa
yang kita lakukan, katakan, pikirkan dan rasakan saat itu biasanya itulah
karakter kita.
Ternyata karakter adalah gabungan dari
tempramen dan kebiasaan kita. Jadi kalo pengen karakter kita berubah,
kendalikan temperamen di bawah pimpinan Roh Kudus dan ubah kebiasaanmu menjadi
lebih baik. Kalo pengen hidup kita berubah, mulailah serius mengubah kebiasaan
sehari-hari. Tipsnya: Lakukan tiap hari.
Kiatnya: Konsisten. Kebiasaan kayak gravitasi. Ia akan selalu menarik kita ke
arahnya. Mau kebiasaan baik ataupun buruk.
“Ah, mengubah karakter itu gampang, gue mudah berubah dengan
cepat kok kalo gue mau!” Inget
deh, nggak ada yang instan. Tawaran iklan diet yang instan mungkin akan
berhasil pada awalnya, tapi lantaran olahraga dan pola makan sehat nggak jadi kebiasaan
akhirnya balik lagi jadi ‘ndut kayak
semula. Berhenti merokok sesaat mungkin gampang, tapi kalo gak jadi kebiasaan
ya balik lagi. Waktu Paulus bilang “Saya
tidak melakukan yang baik yang saya ingin lakukan; sebaliknya saya melakukan
hal-hal yang jahat, yang saya tidak mau lakukan.” (Roma 7:19 BIS) ia
mungkin lagi bilang kalo ia belum mengembangkan kebiasaan baik yang ingin dia
lakukan.
Ya, ya, ya. Membentuk kebiasaan baru memang
susahnya minta ampun. Tapi itu cuman awalnya doang kok! “Duh, saya kalo nggak nonton tipi malem-malem gak bisa bobo!”, kayaknya kalimat itu masuk
akal, padahal nggak, lho! Nggak ada kata ‘gak
bisa’, semua ‘pasti bisa!’. “Saya gak bisa bla-bla-bla...”. No!
Pasti bisa! Waktu kita ingat betapa sukarnya meninggalkan kebiasaan buruk kita,
ingatlah kalo hidup dalam belenggu kebiasaan buruk akan lebih sukar!
Terlanjur punya kebiasaan buruk? Cepetan
cari gantinya. Ganti dong sama kebiasaan baik yang bisa langsung menutup jalan
kebiasaan buruk itu berkembang. Jangan biarkan ada waktu luang buat kita
ngerjain kebiasaan buruk. Penuhi hidup kita dengan kebiasaan baik. Jadikan
hidup kita produktif, mumpung kita masih muda!
Di 1
Korintus 6:12 (BIS) Paulus bilang: “Ada yang berkata bahwa
setiap orang boleh melakukan segala sesuatu. Tetapi bagi saya tidak semuanya
berguna. Jadi meskipun saya boleh melakukan apa saja, tetapi saya tidak mau
membiarkan diri saya dikuasai oleh apa pun.”. Sebenernya itu sama aja Paulus
lagi bilang: ‘Aku akan menyingkirkan
apapun yang tidak produktif dari hidupku. Tidak akan mau dikendalikan oleh
kebiasaan buruk apapun!.
Candu, narkoba, rokok, males, atau
kebiasaan buruk apapun awalnya mungkin menyenangkan, tapi kemudian mengendalikan.
Sementara waktu gak apa-apa, tapi berakibat buruk. Temen, ortu, sodara or pacar
kita, awalnya mungkin bisa tolerir, tapi lama-kelamaan malah bisa merusak
hubungan. Albert suka ngomong kasar, udah jadi kebiasaan. Temen-temennya udah
maklum en terbiasa juga denger Albert ngomong kasar. Tapi lama-lama kok
temennya Albert makin sedikit ya?
Tenang, kita bisa berubah kok. Ada penelitian yang
bilang kalau kita bisa ubah kebiasaan kita dengan cara melakukannya konsisten
selama 21 hari atau 21 kali berturut-turut (baca tips kalahin kebiasaan jelek). Sakit en menderita sebentar gak
apa-apa dong, yang penting kita bisa berubah. Pertanyaanya mau gak kita
bertahan? Kalau mau dijamin kita bakal liat masa depan yang indah, cemerlang en
hidup kita juga bakal jadi lebih baik lagi.
PILIHAN GANDA DAN SUKACITA
Kalo ujian di sekolah, pasti kita tau yang
namanya PG alias pilihan ganda. Kadang pilihannya banyak banget terus suka
mirip-mirip lageee. Jadinya susah nentuin mana yang benar, mana yang salah.
Tapi ternyata Tuhan merancang hidup kita itu seperti ujian PG.
Begitu bangun pagi, kita udah dihadapin
sama beberapa pilihan:
a.
Langsung
bangun, mandi, makan, baca koran, pergi kerja atau sekolah.
b.
Langsung
bangun, makan, baca koran, mandi, pergi kerja atau sekolah.
c.
Bangun,
liat jam bentar, tidur lagi, bangun, mandi buru-buru, makan buru-buru, pergi
kerja atau sekolah (plus telat).
d.
Terus
tidur sampe nanti dibangunin mama.
Itu baru bangun tidur, belum lagi
pilihan sarapan. Gimana pas mandi, pas kita lagi di jalan? Kita selalu punya
banyak pilihan lagi. En yang suka bikin sebel, pilihan itu agak mirip-mirip,
tapi begitu salah pilih, kita bisa menyesal.
Nah kalau kita udah sadar kalau hidup
kita itu kayak ujian PG, the next thing yang
mesti kita lakuin adalah pilih yang benar. Jangan pilih pilihan yang salah. So pastikan kita memilih yang benar.
Karena pilihan kita bakal menentukan apa yang kita alami selanjutnya.
MEMILIH BERSUKACITA
Tapi ada satu pilihan yang mau gak mau
alias harus kita pilih, yakni pilihan buat bersukacita. Alkitab nyuruh kita
buat ‘Bersukacitalah
senantiasa.’ (1 Tesalonika 5:16). Senantiasa itu artinya tiap saat,
kapanpun, dimanapun. Gak peduli gimana keadaan kita, gak peduli berapa banyak
uang yang ada di dompet kita, atau siapa pacar kita, pokoknya firman Tuhan
nyuruh kita bersukacita tiap saat.
Emang saat yang paling susah buat bersukacita
itu pas semua yang kita rencanain gagal total. Pas semua yang kita pengenin gak
bisa kita dapat. Pas seisi dunia kayaknya kompakan bikin kita sial sepanjang
hari. Tapi justru di saat-saat kayak gini lah Tuhan nyuruh kita bersukacita. Inget
deh, Tuhan merencanakan sesuatu yang baik dan lebih baik!
Berhasil = berkat ketemu dengan persiapan. Persiapan salah satunya adalah
membiasakan diri kita untuk punya sikap yang benar. Tapi Pas rencana kita gak
ada yang jalan, gak usah kesel en ngedumel, gak usah bersikap negatif. “Waaaakz! Gue gak percaya ini terjadi sama
gue! Tuhan, jangan tunda-tunda dong rencana gue!”. Daripada ngomong kayak
gitu, mending kita renungin, jangan-jangan Tuhan lagi melindungi kita dari
sesuatu yang buruk yang bisa terjadi kalo rencana itu jalan. Atau, percayalah
Tuhan punya rencana yang lebih baik. Ngeflow aja deh ama Tuhan, gak usah
marah-marah yang malah mencuri sukacita kita!
Tapi gimana kalau kondisinya gak
memungkinkan kita buat bersukacita? Percaya sama ayat ini, ‘Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.’
(Roma 8:28). Tuhan tau apa yang kita alami en Dia atur semua itu supaya bikin
kita lebih baik. Tapi semua kebaikan itu gak bakal nyampe sama kita kalau kita
gak memutuskan buat bersukacita.
SENYUMLAH!
Ada yang pernah curhat, ‘aku
kan lagi
stres! Kalo aku senyum itu artinya aku pura-pura!’. Ya udah, kalo gitu
janganlah berpura-pura tapi anggaplah sebagai satu tindakan iman! Stres?
Depresi? Bete? Senyum aja. Senyuman bakalan mengirimkan sinyal ke otak kita dan
dari otak ke seluruh tubuh kita yang membawa pesan kalo kita ini baik-baik aja.
Itu artinya suatu benih yang kita tabur buat Tuhan. Senyum bikin kita jadi
baik-baik saja!
“Ah,
aku bisa bersukacita kalo ntar lulus ujian. Kalo ntar dapet uang jajan gede.
Kalo bla-bla-bla...”. Nggak
lho, sekarang juga kita bisa bersukacita. Asalkan kita mau. Sukacita adalah
suatu keputusan. Nggak tergantung pada syarat or keadaan kita saat itu. Dan
kita bisa melatihnya dan menjadikannya kebiasaan.
Sukacita juga masalah gimana cara kita
melihat hidup kita. Waktu kita ada dalam masalah, bete, kepepet, apa kita masih
bisa liat kebaikan Tuhan di sana?
Kalau kita gagal liat kebaikan Tuhan dalam masalah kita, wajar aja, kalau kita
kehilangan sukacita kita. Tapi kalau kita bisa liat kebaikan Tuhan dalam semua
masalah kita, kita bisa bersukacita.
Jadi gimana caranya kita bisa
bersukacita senantiasa? Biasakan dan latih pikiran kita buat liat kebaikan
Tuhan dalam semua yang kita alami. Jangan mau kalah sama pikiran negatif yang
datang. Tiap kali ada pikiran negatif yang datang, smash balik sama pikiran positif en terus bersukacita! Kalo kita
melakukan apa yang firman Tuhan bilang, kita pasti akan bersukacita! (**)
Copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com
makasi GFresh!
ReplyDeleteaku sangat diberkati melalui artikel ini.
sbnrnya sedih juga sih krn majalah GFresh! uda ga ada.
terus melayani Tuhan melalui tulisan ya :)