Skenario Hari Kiamat
Dari Lubang Hitam hingga Perang Para
Dewa
Adalah
sesuatu yang lucu bahwa manusia begitu terpesona oleh kematian, tetapi juga
takut mengalami kematiannya sendiri. Mati sendirian tampaknya lebih menakutkan
daripada mati beramai-ramai, jadi tidak heran jika kemudian muncul rasa
ketertarikan orang terhadap konsep “kematian massal” yang kita kenal sebagai
hari kiamat.
Bagi
mereka yang percaya bahwa kejadian-kejadian yang dituliskan di Kitab Wahyu
belumlah terjadi tetapi pasti akan berlangsung nanti—entah kapanpun nanti itu—akhir zaman alias kiamat
adalah sesuatu yang dinanti-nantikan. Begitu pula bagi umat Muslim, yang
menanti-nantikan kedatangan Imam Mahdi yang dipercaya akan menjadi bagian
pembuka dari bagian penutup sejarah manusia. Tak hanya kedua agama tersebut
yang mempercayai adanya hari akhir ini. Mereka yang tidak beragama sekalipun
sulit menyangkal teori bahwa suatu saat kiamat akan datang.
Tentu
saja, yang dimaksud kiamat di sini bisa diartikan dua cara: kiamat dalam arti
yang sempit dan dalam arti yang luas. Secara sempit, kiamat bisa dianggap
sebagai kepunahan umat manusia dari seluruh muka bumi (dan juga dari seluruh
alam semesta, jika misalnya saat itu kita udah berhasil bikin koloni di
Jupiter). Tak ada lagi artinya alam semesta ini terus berjalan, jika kita
sebagai umat manusia sudah tidak ada lagi untuk mengapresiasinya, bukan?
Sedangkan
secara luas, kiamat dapat diartikan sebagai hancurnya alam semesta. Pengertian
yang luas ini otomatis mencakup pengertian yang sempit. Jika alam semesta kita
runtuh dan tidak ada lagi, tentu saja manusia tidak dapat hidup lagi, bukan?
Jadi, biarpun saat kiamat seperti ini tiba manusia masih ada, kita juga akan
ikutan punah.
Ada
banyak kemungkinan bumi dan alam semesta kita pada akhirnya menemui ajalnya.
Berbagai kemungkinan yang kita sebut dengan skenario hari kiamat ini didasarkan dari macam-macam sumber: kitab
suci, nubuatan orang-orang “pintar”, tradisi dan mitologi, dan yang paling
mutakhir, dari ilmu pengetahuan sosial dan alam. Tak semuanya masuk di akal,
tetapi nggak sedikit juga yang kemungkinan terjadinya cukup besar, meski nggak
dalam waktu dekat.
ILMIAH
Bencana Alam Global
Letusan
gunung berapi yang sangat besar (supervolcano)
atau gempa bumi mahadahsyat dapat menyebabkan kerusakan besar di muka bumi.
Selain itu, materi dari perut bumi yang terhambur ke angkasa dapat menghalangi
masuknya sinar matahari ke atmosfer bumi, sehingga tumbuhan tidak lagi dapat
berfotosintesis dan tidak dapat memproduksi makanan. Karena tumbuhan berada di
dasar piramida makanan, maka tanpa dirinya, seluruh makhluk hidup yang
makroskopis tentunya akan punah.
Tabrakan Kosmis
Gelapnya
langit kita juga dapat disebabkan oleh tumbukan bumi dengan suatu benda langit
yang massanya cukup besar untuk menimbulkan bencana. Tumbukan dengan meteor
atau asteroid, misalnya, jika tidak menghancurkan bumi secara menyeluruh, bisa
menghamburkan debu di atmosfer yang sangat tebal sehingga bumi tidak
mendapatkan sinar matahari. Suhu di bumi akan menjadi sangat dingin, tidak ada
pagi, siang, ataupun sore, dan kehidupan akan musnah. Inilah yang diyakini
menyebabkan punahnya para dinosaurus 65 juta tahun yang lalu.
Epidemi Global
Kasus
SARS yang beberapa tahun kemarin membuat dunia ketakutan, dapat terulang
kembali di masa mendatang. Bayangkan suatu virus baru yang dapat menular lewat
udara, dapat hidup di udara bebas baik pada cuaca dingin maupun panas, dan
mereka yang terserang virus tersebut akan mati dalam hitungan hari. Mudah
sekali bagi virus semacam itu untuk menyebar di kota-kota besar sampai ke
daerah pedesaan dan membunuh seluruh penduduk bumi dalam waktu tak lebih dari
setengah tahun. Yang tersisa mungkin hanyalah orang-orang yang tinggal di
daerah paling terpencil di muka bumi.
Pemanasan Dunia
Tidak
ayal lagi, inilah bencana yang paling mungkin menyebabkan “kiamat”, setidaknya
secara lingkungan, dan justru paling bisa kita hindari. Banyak hal yang udah
kamu tau soal global warming, jadi
daripada berpikir dan berencana untuk menghemat energi nanti, lebih baik kamu
melakukannya sekarang, selagi kita masih punya waktu.
Adanya Lubang Hitam
di Dekat Bumi
Baru
di tahun 2008 lalu, dioperasikannya akselerator partikel Large Hadron Collider di Pusat Riset Nuklir Dunia di Jenewa, Swiss,
menuai rasa ketakutan orang-orang. Apa yang mereka takutkan? Munculnya sebuah
lubang hitam yang akan menelan bumi dan segala di sekelilingnya dengan cepat,
yang dapat membinasakan seluruh makhluk. Lubang hitam adalah suatu daerah dalam
ruang yang gravitasinya begitu besar sampai-sampai cahaya pun tidak bisa lolos
darinya. (Ingat bahwa kecepatan cahaya adalah yang tertinggi di semesta.)
Tetapi, ketakutan itu sangatlah berlebihan, karena lubang hitam tidak dapat
tercipta, berapapun besarnya energi yang mampu dibangkitkan di bumi.
Matinya Matahari
Kalau
yang satu ini, bagaimanapun kita menghindarinya, pasti nggak akan bisa.
Matahari dalam waktu 7,6 miliar tahun lagi akan menjadi bintang raksasa merah.
Apa yang terjadi? Energi yang dipancarkannya menjadi berkali-kali lipat dari
yang sekarang, yang mampu membuat samudra di seluruh bumi menguap dan permukaan
tanah terlalu panas untuk ditinggali. Skenario yang kedua, jika matahari
menjadi bintang katai putih (alih-alih raksasa merah), permukaan bumi akan
menjadi terlalu dingin bagi kehidupan. Seandainyapun manusia masih bisa
selamat, bumi kemungkinan akan “ditelan” oleh matahari yang pada akhirnya akan
membesar.
Luruhnya Alam
Semesta
Sebagaimana
diamati sekarang, alam semesta berkembang dengan kecepatan yang luar biasa.
Yang jadi pertanyaan besar bagi para ilmuwan adalah, apakah kecepatan
berkembangnya itu bertambah atau berkurang. Jika bertambah, maka alam semesta
akan terus berkembang tak terbatas dan pada akhirnya semua benda (bintang,
galaksi, hingga partikel-partikel yang lebih kecil dari atom) akan
“terobek-robek” oleh kekuatan pengembangan itu. Kiamat dengan cara ini diberi
istilah Big Rip. Menurut Robert
Caldwell, pembuat hipotesis ini, alam semesta usianya tinggal 50 miliar tahun
lagi. Lebih lama daripada yang sanggup kamu bayangkan.
Semuanya Melebur
Jadi Satu Titik Lagi
Kebalikannya,
jika perkembangan alam semesta melambat, dan pada akhirnya akan berhenti
mengembang dan berbalik arah menjadi menyusut, maka seluruh isi alam semesta
ini akan kembali melebur menjadi satu titik. Sulit dibayangkan secara akal,
memang, bagaimana alam semesta yang luas ini menjadi terkumpul dalam satu
titik—sebuah lubang hitam—yang ukurannya jauh lebih kecil daripada atom. Tetapi
hal itu pernah terjadi, seperti yang dijelaskan oleh teori Big Bang, dan ada kemungkinan terjadi kembali. Namun, pengukuran
ilmiah beberapa tahun terakhir menyimpulkan bahwa situasi yang disebut dengan Big Crunch ini tidak akan terjadi,
karena tampaknya alam semesta berkembang terus, dan bertambah cepat.
Persamaan Hari
Kiamat
Heinz
von Foerster, fisikawan Austria, pernah membuat suatu persamaan yang disebutnya
dengan persamaan hari kiamat (Doomsday Equation). Serem banget ya! Menurut
Heinz, ia dapat memperkirakan suatu tanggal di masa depan di mana populasi bumi
akan berjumlah “tak hingga”. Persamaan ini bilang bahwa populasi bumi akan
mencapai nilai maksimumnya pada tanggal 13 November 2026. Jika pada tanggal
tersebut von Foerster masih hidup, usianya akan tepat 115 tahun. Entah ia
bercanda atau tidak, yang jelas kita punya waktu kurang dari 20 tahun untuk
membuktikannya!
RELIGIUS + MITOLOGIS
Perang Para Dewa
Yang
ini tidak mungkin terjadi, karena sifatnya hanya cerita mitologi. Dalam
kebudayaan Norse, para dewa yang baik dan dewa yang jahat akan bertemu di medan
perang untuk bertempur dalam perang besar yang jadi bagian dari peristiwa
Ragnarok. Setelah kejadian ini, bumi akan ditenggelamkan oleh air bah, dan
kemudian muncul kembali dalam bentuknya yang baru, subur, dan tentunya juga
berkeriapan dengan bermacam bentuk kehidupan yang baru. Hanya akan ada dua
orang manusia yang selamat dari Ragnarok, dan menjadi leluhur bagi manusia di
bumi yang baru itu.
Dihancurkan untuk
Dibentuk Kembali
Umat
Hindu umumnya percaya bahwa kita sekarang sedang hidup di zaman Kali Yuga (Masa
Kegelapan), periode (Yuga) terakhir dari zaman yang sekarang. Di masa Kali
Yuga, keributan dan kemunafikan adalah lumrah. Jadi, dewa Wisnu akan datang
dalam bentuk avatarnya yang kesepuluh (sekaligus yang terakhir) bernama Kalki.
(Krishna dan Rama, yang kamu kenal dari kisah Mahabharata dan Ramayana, adalah
avatar Wisnu yang kedelapan dan kesembilan.) Setelah itu, dewa Syiwa akan
menghancurkan seluruh alam semesta yang kemudian akan dibentuk kembali, sesuai
prinsip Hindu bahwa waktu bukanlah garis lurus, melainkan suatu lingkaran.
Pertempuran yang
Baik dan yang Jahat
Penganut
Zoroastrianisme, yang bisa dibilang paling optimistis terhadap kehidupan
setelah kematian, percaya bahwa kiamat akan datang saat matahari sulit dilihat
di langit, saat bumi semakin kering, dan saat orang-orang telah sepenuhnya
berhati jahat dan tidak tahu terima kasih. Saat itu, Saoshyant, Manusia
Perdamaian, akan datang untuk memerangi kuasa-kuasa jahat. Semua orang akan
dibangkitkan: yang baik akan bertempur melawan yang jahat. Kemudian, datanglah
penghakiman terakhir untuk semua jiwa. Mereka yang berdosa hanya akan dihukum
selama tiga hari (disiksa habis-habisan di dalam logam panas), tetapi akan
diampuni. Lalu, semua orang akan tinggal di dalam “dunia” yang sempurna,
selama-lamanya. []
Copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com