Tuesday, April 3, 2012

JEFFRY-UTHE: KAMI BUKAN SELEBRITIS



JEFFRY-UTHE

 

KAMI BUKAN SELEBRITIS


Lain dulu, lain sekarang. Begitu pula dengan sepasang penyanyi yang dikenal luas oleh pecinta musik Indonesia, Jeffry Waworuntu dan Ruth Sahanaya. Suami-istri ini kini tak lagi total di dunia sekuler tapi telah ‘ditangkap’ Tuhan menjadi hamba-hambaNya. Banyak hal menarik dalam perbincangan gF! dengan pasangan Fresh!Zoom kali ini. Simak baik-baik! (ahs, dinda, foto: julius)

JEFFRY WAWORUNTU

 

Belakangan ini lagi sibuk ngapain nih?

Saya masih MC (master of ceremony,red) baik di sekuler maupun di pelayanan. Tapi lebih fokus ke manajemen-nya Ruth, ngurus jadwalnya dan cenderung ke producing. Saya juga jadi dewan di Grup Musik True Worshipper, tapi lebih banyak di balik layar yaitu creative ministry-nya dan pengurus di Unity Music Ministry. Tiap minggu saya banyak berbakti di JPC (Jakarta Praise Centre). Sekarang saya lebih berserah kepada Tuhan mau kasih kerjaan apa. Saya sudah malang melintang di dunia sekuler, kok di rohani nggak? Saya tergerak dan terbeban untuk meningkatkan kreatifitas saya di bidang rohani, karena seharusnya itu dapat yang terbaik dibandingkan sekuler. Saya sempat jadi produser yang memprakarsai konser akustik True Worshipper di TMII.  Hasilnya profesional banget, dari lighting, dll.

Pernah kepikiran nggak untuk fulltime di ladang Tuhan?

Untuk masalah itu, saya perlu bicara lebih dalam dengan Tuhan. Tapi prinsipnya, orang yang mau ikut Tuhan itu tidak harus fulltime di gereja. Ada beberapa tempat yang fulltimer tidak bisa masuk ke lingkungan tertentu. Orang-orang melihat saya sebagai artis sekuler, tapi cinta Tuhan. Sejauh ini saya bisa masuk ke mana aja termasuk kafe, ketemu orang dan bisa ngomong apa saja, karena mereka sudah tau saya sebagai artis. Jadi orang-orang seperti saya lebih tepat sharing tentang Tuhan Yesus dalam lingkungan seperti itu ketimbang fulltimer di gereja, misalnya. Kalau fulltimer kan at least mereka pikir ‘waduh…dia asisten pendeta nih, cara bicaranya pasti udah beda’. Saya rasa Tuhan punya tujuan khusus untuk saya kali ya. Tapi pada prinsipnya, orang bisa lihat  ada Tuhan Yesus dalam hati saya. Saya udah stop merokok dan minum alkohol, makanya badan saya seperti ini lho, hahaha…

Gimana Anda memandang hidup sebagai orang Kristen?

Kita harus menikmati hidup, tapi tetap dengan jalanNya Tuhan. Jangan sampai kita mabuk-mabukan, tapi paginya jadi worship leader. Kita nggak memungkiri bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna. Kadang-kadang dalam keseharian saya ada yang tidak sempurna, jadi saya harus tetap mengaku dosa. Kalau tadi Anda tanya kenapa saya tidak mau fulltime, sebenarnya itu terserah Tuhan. Saya masih mau jadi alat keselamatan bagi banyak orang, at least teman-teman artis yang perlu dukungan iman, moril dan juga rohani. Mereka sekarang kan lagi giat-giatnya, kayak Ronny Sianturi, Sonny Tulung, Nico Siahaan, Indy Barens, yang seiman sama kita. Setiap kali ketemu mereka menyapa saya “Pak Pendeta”, tapi bagi saya itu credit point. At least mereka sudah tahu bahwa hidup saya banyak berubah, sudah ke gereja, sudah bertobat, banyak melayani orang. Kadang-kadang saya risih diperlakukan begitu, padahal saya kan ingin masuk ke dunia mereka… supaya mereka kalo punya masalah bisa sharing ama saya.

Bagaimana cara Tuhan mengubah hidup Anda?
Sebetulnya dari kecil saya sudah Kristen, tapi KTP (Kristen Tanpa Pertobatan). Mama sering suruh saya ke sekolah minggu, kadang-kadang kalo saya bosan, saya gak sekolah minggu, tapi ikut mama ke gereja. Sebelum bertobat saya sering ditelponin Nindy, Samuel Wattimena, dll untuk datang ke tempat di mana teman-teman artis berbakti. Akhirnya sekali saya datang, langsung dijamah Tuhan. Kedua kalinya, kami rasakan lagi jamahan Tuhan dan ketika ditantang untuk terima Tuhan Yesus, saya dan Uthe berdiri. Kami didoakan dan setelah itu kita berdoa lagi di rumah, berjanji untuk hidup di dalam Tuhan. Terjadinya sekitar akhir 1998.

Anda setuju nggak disebut selebritis rohani ?

Nggak. Karena di mata Tuhan tidak ada istilah selebritis. Tuhan yang memberi talenta lebih pada orang tertentu. Seperti talenta menyanyi yang Tuhan berikan kepada Uthe dan Uthe memakainya dengan baik, baik di sekuler dan juga untuk memuji Tuhan, dikembalikan kepada Tuhan. Saya tidak pernah setuju kalo ada iklan yang bunyinya: ‘Datanglah dalam KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) yang dimeriahkan artis-artis rohani’. Saya lebih suka brosur acara di gereja tanpa promosi nama. Tapi saya tidak bisa salahkan kalo mereka lihat kita sebagai artis besar. Cuma kalo udah gitu saya merasa kecil banget. Pada prinsipnya saya tidak mau dibesar-besarkan, karena harusnya orang datang ke KKR untuk mencari Tuhan.

Waktu kecil apa yang paling nggak bisa Anda lupakan?
Setiap kali natal, di sekolah minggu saya selalu jadi prajurit. Tahun ke tahun perannya ituuu… terus.

Gimana masa remaja Anda?

Masih sangat intensive ke gereja, baik Youth maupun ibadah raya. Tapi setelah SMA saya meninggalkan Tuhan pada saat saya mulai berkecimpung di dunia artis dan kehidupan malam. Waktu popularitas semakin naik, saya makin sibuk dan merasa bisa menghidupi diri sendiri. Jadinya ke gereja cuma tiga atau empat bulan sekali. Tapi sekarang saya lebih mengerti ke gereja itu untuk apa, ngapain kita di gereja. Saya sempat merasa menyesal, kenapa waktu kecil sampai SMA tidak saya pergunakan dengan baik…ke gereja cuma rutinitas aja. Saya udah buang-buang waktu. Tapi saya sadar tidak ada kata terlambat dalam Tuhan, saya senang sekali karena sekarang saya sudah bertobat dan mengikuti arahan Tuhan.

Bisa sama Uthe gimana caranya?

Dari dulu saya sudah kenal dia dan saya yakin Uthe juga sudah kenal saya, soalnya dia dulu ngefans banget sama saya. Saya suka lagu-lagunya. Waktu saya jadi pembawa acara di Rocket Musik Video, di RCTI, saya harus mewawancarai artis-artis lokal selain luar negri. Nah, satu waktu saya mewawancarai Uthe, tapi waktu itu saya tidak merasakan apa-apa, biasa aja. Terus terang dia bukan tipe saya dan setelah selesai wawancara seperti biasa saya minta alamat, foto dan tanda tangan. Setahun kemudian saya jadi MC di acara HDX Award bareng Ida Arimurti. Waktu kita rame-rame turun panggung, saya lihat Uthe dengan pakaiannya yang very-very casual. Dari situ kita ngobrol-ngobrol, lama-lama kok ngomongnya nyambung terus. Kadang-kadang kan ada orang yang baru kita kenal dan ngomongnya gak nyambung atau ada cewek yang terlalu agresif. Beda sama Uthe. Habis itu saya ajak Uthe sama saudaranya untuk minum supaya bisa ngobrol lebih banyak. Akhirnya pas pulang saya tanya Uthe, mau gak jalan-jalan bareng, terus Uthe bilang boleh, telpon aja. Besoknya saya langsung ajak Uthe pergi.

Apa visi untuk anak dan akan diarahkan kemana?

Kita mendidik anak sih mengalir aja, tapi ada batasnya, yang paling penting adalah fundamental agama. Kalo kita berserah pada Tuhan, segala sesuatu menjadi luar biasa, saya ajar anak saya untuk berdoa sebelum makan, sebelum tidur, bangun tidur, ikut sekolah minggu. Saya tidak memaksa anak-anak harus jadi apa, yang penting kalo dia punya bakat kita arahin karena kita harus menghargai talenta yang Tuhan berikan. Disamping itu kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.

Menurut Anda apakah keluarga Anda cukup ideal?

Yang penting bukan masalah ideal atau tidak, yang pasti saya bersyukur bahwa keluarga saya adalah keluarga yang bahagia, cinta Tuhan.

Sekarang kan banyak grup musik rohani, apa pandangan Anda?

Saya senang sekali dengan adanya banyak anak-anak muda yang melayani Tuhan di bidang musik, itu luar biasa sekali, karena mereka memang punya talenta yang baik, kreatif. Yang penting bagaimana mereka memuji dan menyembah Tuhan, nggak penting warna musik mereka.

Gimana komitmen pelayanan, antara show dan pelayanan, mana yang didahulukan?

Yang penting 50-50, rohani saya terbentuk, pekerjaan saya juga beres. Bukan berarti kalo kita udah pelayanan, kita nggak usah di sekuler lagi, justru pendeta saya bilang, orang-orang seperti kita yang berkecimpung di sekuler ini lebih bisa menjangkau orang-orang yang tidak bisa dijangkau sama pendeta atau sama orang-orang gereja.

 


RUTH SAHANAYA

 

Belakangan ini lagi sibuk ngapain nih?

Nyanyi solo dan bikin album rohani kedua, judulnya Yang Kurindukan. Pencipta lagunya Jonathan Prawira, Sidney Mohede, Sari Simorangkir, dan Ucok. Kebanyakan lagu-lagu Hymn. Untuk lagu “Besar SetiaMu” diaransemen sama orang bukan Kristen. Selain album rohani, ada juga album sekuler tapi masih cari-cari lagunya, mungkin akhir tahun baru keluar. Saya juga pelayanan di JPC sebagai singer, Jeffrey yang pimpin pujian.

Nyanyi rupanya hobi Anda dari dulu?

Waktu kecil tiap Rabu siang kita selalu ada kebaktian bareng di gereja. Saya suka nyanyi di sana mulai umur 5 tahun sampai remaja. Waktu itu cuma sekedar nyanyi karena disuruh ortu. Namanya anak-anak kan ada malesnya, pokoknya belum nyanyi buat Tuhan. Baru 2-3 tahun terakhir ini saya sungguh-sungguh. Saya bersyukur sekali, Nindy Ellesse rajin banget telponin saya, ajak saya ikut persekutuan Unity Music Ministry. Saya lihat dia kok berubah, dulu kan bandel tapi lebih dulu tobat. Jadi kalo ada masalah, saya lebih banyak diskusi ke dia. Kepribadiannya buat saya cukup untuk jadi contoh. Nah akhirnya saya mau dan waktu kita pergi bertiga, saya, Jeffrey, dan Lita (Lita Zein—Red), di situ saya rasakan sukacita yang berlimpah-limpah, pokoknya lain dari yang lain. Sejak itu kami bertiga berjanji untuk melayani Tuhan.

Apa kenangan waktu kecil yang masih membekas hingga kini?

Masa kecil saya sih banyak yang berkesan, cuma yang paling saya inget dan melekat sampe sekarang tuh adalah ajaran orang tua untuk saya selalu bersyukur dalam segala hal dan berdoa, jangan sombong, biar udah terkenal. Itu hal yang paling saya inget sampe sekarang. Di kepala saya pokoknya isinya cuma itu, bersyukur dan berdoa sama Tuhan. Sampai sudah berkeluarga pun prinsip itu tetap saya pegang.

Anda sekarang penyanyi terkenal, sudah tercapaikah impian Anda? Atau memang ini mimpi Anda sejak dulu?

Bukan, dulu saya pengennya jadi perawat. Karena waktu kakak laki-laki saya satu-satunya meninggal karena kanker, saya ke rumah sakit, dan melihat suster perawat itu kok kayaknya baik banget. Bajunya putih, tugasnya kan menghibur orang. Tapi setelah saya lihat sekarang pun saya seperti suster, menghibur  dan nyenengin orang. Saya bersyukur sekali karena Tuhan kasih berlimpah-limpah. Saya pengennya simple aja, yaitu jadi lebih deket dan takut sama Tuhan. Karena kalo kita takut sama Tuhan, apa yang kita kerjain pasti ada di jalan yang benar.


Anda penyanyi sekuler sekaligus pelayan Tuhan. Gimana Anda menyikapinya?
Saya nggak beda-bedain, sama aja. Saya berusaha tampil apa adanya. Kalau bisa, di dunia sekuler saya harus lebih bisa memperlihatkan bahwa saya punya Tuhan Yesus di dalam saya. Jadi biarpun gaul, tapi mereka tetap bisa lihat ada yang beda dalam saya.

Termasuk selektif dalam pilih lagu di album sekuler?

Iya, pasti! Saya lihat kata-katanya. Kalo kurang baik dan gak jadi contoh yang baik, ya saya nggak mau. Selama ini album saya kan tentang cinta yang sifatnya universal, tentang Nadine (anaknya—Red), kemanusiaan, pokoknya yang bersifat umum aja.

Apa komentar Anda kepada mereka yang kebaktian gara-gara pengen lihat Ruth Sahanaya?
Iya sih, kemungkinan itu ada. Saya mengucap syukur, dalam arti biarlah orang yang pengen lihat saya itu dijamah Tuhan. Waktu saya nyanyi, dia nggak lihat saya sebagai artis lagi, tapi lihat Tuhan.

 

Soal gosip yang gak lepas dari kehidupan celebritis, gimana Anda menanggapinya?

Tergantung pribadi kita. Kalo emang kita nggak bertingkah macem-macem, tentu nggak ada gosip. Saya berusaha bersikap apa adanya, dan puji Tuhan nggak ada gosip yang macem-macem.

Mengenai kehidupan rohani sehari-hari?

Kami punya doa keluarga, tapi udah sebulan ini terhenti karena kami sama-sama sibuk. Jadinya gak doa bareng lagi tapi sendiri-sendiri. Saya merasa gara-gara gak doa bareng, emosi kami jadi gampang naik. Sekarang kalo Jeffry ke luar kota, saya dan anak-anak doa dan tumpang tangan ke dia. Bahkan si kecil aja sekarang kalo disuruh doa udah bisa merem-merem gitu.

Hubungan ibu dan anak gimana?

Saya berusaha jadi teman buat mereka. Ajar untuk terus terang, gak boleh bohong. Saya juga berusaha jujur sama dia. Kalo salah, saya minta maaf ke anak. Saya gak pernah memaksakan kehendak ke anak saya, harus jadi apa. Bebas kecuali untuk hal-hal tertentu seperti ke sekolah minggu. Saya suka bacain cerita dari Alkitab anak-anak.


Menurut Anda kenapa sekarang banyak pemusik rohani yang berubah jadi pemusik sekuler?
Buat saya gak ada salanya. Kayak Amy Grant, dulu kan dia penyanyi rohani tapi sekarang pindah ke sekuler. Asal dia tetap ada dalam rencana Tuhan. Kita kan nggak tahu, siapa tahu dia udah berdoa tanya Tuhan?

 

Apa di rumah Kak Uthe juga melatih suara?

Ya paling nyanyi-nyanyi aja. Yang penting pita suara ini harus ‘dipanasin’, ibarat mesin mobil yang perlu dipanasin, kalo nggak kan ngadat.

Apa pandangan Anda tentang generasi muda sekarang?

Menurut saya, dasar agama dan orang tua punya peran penting banget dalam mendidik anak-anak. Saya pribadi, karena orang tua saya rohaninya kuat, saya bertumbuh dalam takut akan Tuhan. Pesan saya, bersyukurlah dalam segala hal dan takutlah akan Tuhan, supaya bisa menjalani hidup dengan baik.



Copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com


MamaOla