SAPU DAN KEMOCENG
“Aku telah
bertemu dengan banyak sapu serupa kamu, bertangkai kuning dengan tabiat yang
gak jauh beda, licik, doyan ngitung duit dan agak percaya tahyul.” Seru sapu
hitam berkacak pinggang.
“Keriting
dan hitam. Akupun kenal kaummu, ber-ego
besar, susah ngalah, hingga gampang diadu domba.” Balas sapu kuning.
“Hei, kau
juga, jangan duduk saja di sana, kesombonganmu dapat tercium dari sini, siapa
bilang aku tak kenal keluargamu? Kepala batu, maunya menang sendiri, bertengkar
saja kerjamu, engkau dari utara bukan? Ayo teriakkan margamu, sebagaimana
kesukaanmu!”
Ketiga sapu
itu saling menyeringai. Berbicara lantang pada lawannya. “Kaum kami tentu lebih
baik!”
Itu barusan
pembicaraan setan-setan! Wujud mereka serupa sapu.
“Hai,
mertuaku baru saja mengeriting rambutnya, ia memang agak berubah, tapi suaranya
tetap sama, tak bisa sebagus suaramu, sapa kemoceng kuning pada kemoceng
keriting bertangkai hitam.
Kemoceng keriting yang terbaring lemah memegang tangan
kemoceng kuning sahabatnya itu,
“Bagaimana
aku dapat membalasmu? Kau selalu menjengukku, bercanda dan menghiburku di sini,
hingga tak pernah aku kesepian. Boleh aku meminta? Walau warna tangkai kita
berbeda, tapi maukah kau kupanggil Saudara?
“Hey?
Bukankah dari dulu kita memang bersaudara?” Kali ini kemoceng dari utara yang
jawab, ia baru tiba sambil membawakan beberapa buah-buahan. Mereka bertiga
memakannya sambil tertawa. Ceria.
Barusan
adalah pembicaraan kemoceng-kemoceng yang udah kenal kasih Kristus.
Sapu dan kemoceng koq bisa bicara?
Ah, kalian anak-anak pandai. Tentu tahu maksudnya.
Dan tolong jangan tanya saya, apa iya kemoceng itu
punya tangan, bahkan bisa makan buah?
Ant.11
Jan 01
01.04
wib
No comments:
Post a Comment
copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com