Friday, February 10, 2012

SAYA MAU JADI BERKAT BAGI INDONESIA

SAYA MAU JADI BERKAT BAGI INDONESIA
   
EV. DANIEL ALEXANDER, seorang hamba Tuhan kelahiran Surabaya 44 tahun lalu, yang telah mengabdikan diri melalui pelayanannya di Nabire, Papua sejak tahun 90 bersama istrinya Louis Alexander.  Cinta tanah air dan beban yang Tuhan taruh dalam hatinya telah membuahkan belasan sekolah dan perguruan tinggi di Papua yang didirikan  bersama yayasan setempat.  Beliau juga banyak menyekolahkan anak-anak di berbagai suku terpencil yang tak mampu namun berprestasi. 

TUHAN SAYANG INDONESIA
Terus terang, kalau berbicara mengenai bangsa Indonesia, saya pernah mengalami hal yang menyakitkan sebagai salah satu anak bangsa ini tetapi Tuhan bukakan dalam firmanNya melalui Roh Kudus beberapa ayat tentang Indonesia yang telah mengubah saya. Yesaya 49:1–2, menulis tentang bangsa yang besar dan banyak pulau.  Lalu Zefanya 2:11, tertulis bahwa bangsa-bangsa daerah pesisir akan datang dan sujud kepada Tuhan.  Wahyu 5:9, intinya: Tuhan sudah membeli semua orang dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa.  Indonesia adalah bangsa yang paling banyak memiliki ke-4 hal diatas.  Dari kenyataan ini, kita sadar kalau mata Tuhan tertuju pada Indonesia yang sudah dipilih demi kemuliaanNya.  Saya sangat bersyukur jika seluruh Gereja mengkhotbahkan betapa Tuhan mengasihi bangsa ini. Karenanya suku apapun kita, kalau kita dilahirkan sebagai bangsa Indonesia, terimalah itu dengan penuh ucapan syukur. Sejelek apapun keadaan negara kita saat ini, Tuhan tetap sayang kepada bangsa ini dan bangsa kita butuh kita.

MAU LAHIR DI MANA?
Tuhan memberikan kehendak bebas pada manusia untuk memilih.  Tuhan tidak ikut campur kalau tidak diminta. Misalnya: kita mau sekolah dimana, beli apa, itu semua hak kita, Tuhan tidak bakalan ikut campur atau menggunakan hak prerogatif-Nya (hak istimewa). Tapi ada dua hal dimana manusia tidak bisa memilih menurut kehendaknya sendiri,  yaitu: lahir dimana dan mau jadi bangsa apapun itu hak Tuhan. Kita tidak bisa minta agar lahir jadi bangsa Amerika yang katanya keren. Tuhan punya maksud dalam hidup kita.

YUSUF, PENGUASA MESIR KEBANGSAAN ISRAEL
Alkitab menulis bahwa kita bertanggungjawab terhadap bangsa dimana kita dilahirkan. Kita juga harus bisa jadi berkat bagi orang lain yang mungkin berbeda bangsa. Kenapa?
Yusuf yang tinggal di bangsa lain, tempat dia dibuang saudaranya, menderita jadi budak bahkan tawanan. Pokoknya hidup Yusuf di Mesir penuh penderitaan yang menyakitkan, tapi dia mau menolong bangsa itu saat Mesir dilanda  kekeringan dan kelaparan. Dia tidak menolak untuk menjadi berkat bagi orang Mesir meskipun mereka pernah jadi memori hitam dalam hidupnya.
Jadi bagaimanapun kita diperlakukan, baik menyakitkan atau menyenangkan, tetaplah untuk bisa jadi berkat bagi orang lain. Saya berbicara begini karena sesuai dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kita bisa saja keturunan asing/suku apapun yang hidup di Indonesia.  Kadang bisa tertekan, terpojok, atau tersisih. Tapi saya sadar bahwa dilahirkan di negara ini, jadi WNI bukan karena kebetulan saja tapi Tuhan memang punya rencana untuk saya.   Saya yakin, kita semua bisa jadi berkat bagi bangsa ini.

MAU PINDAH NEGARA? NANTI DULU!
Kenyataan saat ini, banyak anak muda yang bangga jika bisa menuntut ilmu bahkan bekerja di luar negeri.  Saya tidak salahkan karena ini hak mereka. Kalau dilihat memang rasa nasionalisme pada generasi muda saat ini makin berkurang. Saya berpendapat bahwa Gereja seharusnya jadi alat Tuhan yang sempurna untuk mengobarkan rasa nasional, sayangnya belum semua gereja melakukannya!  Malah ada hamba Tuhan yang seharusnya jadi contoh cinta bangsa  tapi banyak yang ‘kabur’ bahkan pindah ke luar negeri karena takut, kecewa terhadap Tuhan/manusia, dll.  Sangat disayangkan, justru Tuhan memanggil kita untuk mengasihi orang yang telah menyakiti kita.
Yunus, nabi yang dikasihi Tuhan, yang banyak menobatkan orang lewat pelayanannya karena Tuhan selalu menyertainya.  Tapi saat diutus pergi ke Niniwe supaya bangsa itu bertobat sebelum dibinasakan,  Yunus menolak dan lari dari Tuhan. Mengapa?  Gara-gara Yunus terlanjur sakit hati dan dendam karena nenek moyangnya dulu dibantai bangsa Niniwe (dulu bernama bangsa Asyur).  Tuhan menegurnya, sebelum akhirnya nabi Yunus datang ke kota itu dan terjadilah pertobatan yang besar, murka Tuhan pun surut.  Jadi kita harus mau menjadi berkat bagi orang atau bangsa yang telah menyakiti kita.  Ingat ayat yang bilang, ‘Kasihilah musuhmu dengan segenap hatimu dan berkati mereka’.
Saya punya pengalaman seperti nabi Yunus. Saya keturunan Tionghoa yang pernah mengalami tekanan yang bertubi-tubi. Bahkan sejak kecil saya sudah merasakan yang namanya dendam, sakit hati atau kecewa. Sebab pada umur 9 tahun, Ayah saya dibunuh, saya tidak tahu kenapa.  Kejadian itu membuat saya begitu membenci bangsa ini.  Keinginan untuk hijrah ke luar negeri begitu kuat. Tapi dari waktu ke waktu Tuhan memulihkan dan membukakan sesuatu kepada saya mengenai bangsa ini.
Rasa nasionalisme dan cinta saya pada bangsa Indonesia makin besar. Karena saya sadar bahwa saya lahir di bangsa ini, meskipun berbeda dan  mengalami sakit hati. Tapi saya mau jadi berkat buat bangsa ini, sebab itulah panggilan Tuhan untuk kita bagi bangsa ini. Jadi mari kita bangun bangsa ini, jangan lupakan bangsa ini!

KADO UNTUK INDONESIA
Saya sangat rindu untuk bisa mempersembahkan sesuatu buat bangsa ini dan berusaha untuk ikut membangun bangsa ini.  Bulan Oktober ’87, saat saya berdoa pada Tuhan untuk memberikan visiNya, apa yang harus saya buat untuk negara ini, Roh Kudus dengan lembut berkata, “Daniel, kenapa kamu nggak mau kembali kepada pelayanan Yesus yang semula”. Roh Kudus bikin saya kaget karena sadar bahwa awal mula pelayanan Yesus adalah pendidikan dan rumah sakit.  Kemana saja Yesus pergi bahkan sampai hari terakhir naik ke surga,  selalu dibawa orang sakit dan orang  kenal Dia sebagai guru Yesus bukan pendeta Yesus.
Saya baca di ensiklopedi ternyata kata pendidikan  pertama kali ditemukan dalam literatur tertua di  Ulangan 6:7. Musa bilang ajarkan itu kepada anak-anak.  Apalagi sekarang dunia butuh pendidikan. Tidak harus bentuk sekolah tapi intinya pendidikan.  Sejak itu saya bergerak  membangun bangsa ini lewat sekolah dan kesehatan. Sekarang kami buat banyak sekolah di Papua barat dan Kalimantan Timur,  juga menyekolahkan perawat dan dokter. Sekarang ada 5 dokter yang kami sekolahkan.  Nanti kami akan buka RS terbaik di sana.

MAU BUAT SESUATU?
Di Papua, tepatnya suku terpencil di Krayan, kami menyiapkan anak-anak kecil dari TK sampai besar diasramakan. Ternyata perubahan hidup mereka luar biasa melalui pelayanan langsung dengan mendidik, mengubah pola pikir dan cara hidup mereka.  Kalau kita hanya pelayanan kegerejaan saja, tidak akan mengubah. Kami butuh dokter, ahli tehnik dan ekonomi, dll.  Kalau berminat hubungi saja: Kotak Pos 206, Nabire 98802–Papua (Telp. 0984-22282)


DUA SISI YANG BERBEDA

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai

Walaupun banyak negeri kujalani
Yang mashyur permai kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah kurasa tenang
Tanahku ta kulupakan
Engkau kubanggakan
(cipt Ibu Sud)

Sepertinya lagu yang suka diputar di akhir siaran TVRI ini harus sering dinyanyikan. Baca deh cerita berikut:
Saya punya teman yang baru 3 tahun studi di luar negeri. Saya cukup shock, waktu dia pulang baru-baru ini.  Dandanannya tentu saja udah western style, yang aneh bahasa sendiri aja banyak nggak hapal, dan yang lebih bikin saya sedih adalah celaan dan nada meremehkan yang sering keluar dari mulutnya.  Melihat truk sampah yang over load alias hampir tumpah berceceran, katanya sambil menutup hidung, “Di sono mah bersih, Jakarta makin dirty, ya!”.  Dan setelah itu dengan santainya dia membuang bungkus tissue ke kali! Olala….Waktu saya tanya kenapa dia buang sembarangan, lagi-lagi dengan nada sinis katanya, “Apa artinya buang sampah pada tempatnya? Di sini buang ke kali sama kayak buang garam ke laut, udah kepalang!”

Saya kenal seorang bernama John Sisson, kakek dari 5 cucu kebangsaan Australia waktu dia lagi motret acara tujuh belasan 6 tahun lalu.  Sejak itu kami bersahabat lewat surat.  Tiap tahun John pasti ke Indonesia, khususnya Padang, Bangka, Bali, dan Jakarta (sekalian ketemu saya!).  Yang bikin saya kagum, John cinta banget sama Indonesia.  Dia seorang pensiunan kantor pos dan uang pensiunnya nggak dikemana-manain selain dipakai untuk datang ke Indonesia.  Bahkan di tahun saat kerusuhan terjadi (1998), dimana turis-turis pada ngumpet, John tetap aja dateng! Bahkan di beberapa suratnya John menulis kerinduannya melihat Indonesia pulih dan bangkit kembali.  Yang bikin saya haru, setiap ada artikel tentang Indonesia di koran Perth, pasti digunting termasuk berita tentang kelahiran anak harimau putih di Taman Safari yang bikin John bela-belain datang meski sedang sakit. 

Dua cerita di atas kiranya menggugah hati kita sebagai generasi muda Indonesia.  Sungguh dua sisi yang berbeda! Jangan sampai kita yang notabene bangsa Indonesia tidak suka dengan bangsa sendiri tanpa mau melakukan sesuatu, sedangkan ada orang-orang asing yang prihatin dengan bangsa kita dan rindu pemulihan terjadi.

Keadaan Indonesia belumlah pulih total.  Lepas dari kegetiran dijajah sekian ratus tahun,  justru diusia kemerdekaan yang makin lanjut banyak anak bangsa yang cuek, pindah, bahkan ada yang  malu mengakui ibu pertiwinya.  Masih ingat lagu wajib nasional :
Oh lihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati
Air  matanya berlinang, mas intannya terkenang
Hutan, gunung, sawah, lautan, simpanan kekayaan
Kini Ibu sedang lara, merintih dan berdoa
(Cipt. Charles C.)

Indonesia butuh cinta dan doa kita supaya Tuhan memulihkan Indonesia. Lalu apa yang bisa kita perbuat?   Nggak usah muluk-muluk, yang praktis ini aja dulu :
•    Peduli lingkungan
Udah jelas, jangan bikin rusak lingkungan gara-gara malas buang sampah.  Jangan tutup mata dengan bencana yang terjadi pada saudara sebangsa dan setanah air kita (gempa di Bengkulu, misalnya).
•    Disiplin
Sudah harus kita menghapus cap “jam karet” di dahi bangsa ini.  Mulai dengan disiplin waktu, nggak telat kalo ke gereja, nggak ngaret kalo janjian.  Kalo mau pasti bisa! (Saya juga mau!!).
•    Stop foya-foya
Kalau merasa kebanyakan uang yang bisa dipakai sesuka hati, ada baiknya kita jalan-jalan sejenak di samping rel KA, mengunjungi rumah-rumah dipinggiran kali Ciliwung, mampir di bawah kolong jembatan, dll.  Kiranya mata kita tercelik dan sadar bahwa yang dibawah garis kemiskinan masih banyak.  Contoh gampang : jangan buang-buang makanan (ingat berapa banyak keringat petani terkuras demi sepiring nasi).
•    No more corruption
Jangan lagi jadi koruptor kecil-kecilan (nyontek, bohong demi dagangan laku, dll).  Selain ini dosa, nanti gedenya kita terlatih jadi koruptor.
•    Gotong royong
Inget lho, ini ciri khas bangsa kita yang nggak boleh hilang.  Jangan terlalu EGP (emang gue pikirin) soalnya ini bibit sombong dan nggak nguntungin banget!
•    Cinta produk Indonesia
Bukannya nggak boleh pakai barang bermerk luar negeri.  Tapi berkatilah bangsa sendiri dengan menggunakan produk Indonesia yang kualitasnya nggak kalah.  Harusnya kita bangga karena telah membantu pengusaha kecil Indonesia.
•    Bangga
Kalo punya kesempatan, datanglah ke Taman Mini Indonesia Indah.  Kali-kali ada yang belum tau bahwa Indonesia itu kaya dengan kesenian, kebudayaan, dan punya daerah wisata yang bagus-bagus.  Promosikanlah kemana saja kita pergi.
•    Doa
Nggak bakalan bisa doa buat bangsa sendiri kalo nggak punya cinta dan belas kasihan. Dengan melakukan hal-hal praktis di atas, otomatis akan menumbuhkan rasa nasionalisme kita dan pasti Tuhan akan berikan belas kasihan di hati kita.
Kami umatMu, rendahkan diri, sujud dan berdoa….Mencari wajahMu, berbalik dari jalan kami yang jahat….(2Taw7:14) (ti)

No comments:

Post a Comment

copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com


MamaOla