Saturday, June 26, 2010

MISTER PEN: CUKUPKAH KALAU CUMA DUA INCI?

SEX-TALKS
Dokter HANDRAWAN NADESUL


MISTER PEN: CUKUPKAH KALAU CUMA DUA INCI?

Banyak suami yang bolak balik terobsesi untuk bertanya, “Berapa panjang itu sepantasnya, Dok? How long can we get?” Lalu mereka menjadi risau kalau banyak suara burung dan mitos di antara rekan sekerja sehingga membuat ribuan suami, atau mungkin juga lebih, tidak berani nekat kalau tiba saatnya terang-terangan memperagakannya tanpa pakaian dalam di depan istri. Sungguh ini lantaran sang Mr Pen dirasakan suami bukan sosok binaragawan sejati yang bisa dibanggakan apalagi dipamerkan. Bagaimana duduk perkara sebenarnya?

ADA dua kelompok suami di dunia yang sama-sama bisa dilanda kecemasan luar biasa kalau perkakas miliknya tidak sebagus roti Long John. Betul memang tidak perlu kelihatan manis, tapi kalau pendek seperti lidi korek api, apa tidak bikin para suami di dunia merasa perlu bunuh diri?
Para suami kelompok pertama merasa bahwa pada specification miliknya-lah terletak kemachoannya. Jika miliknya semakin king-size, semakin perkasa-lah jati kelelakiannya. Kalau cuma mini, bisa jadi ia gundah menghadapi malam pengantinnya, bahkan langsung minder dan sering kalah sebelum berperang. Padahal sungguh bukan bohong kalau di mata semua istri normal, citra Mr Pen sejati tidak perlu seperti itu.
Bahkan lebih banyak istri dan wanita normal yang justru kaget, dan sama sekali tidak kesemsem, kalau melihat betapa king-size-nya punya si Papi. Alih-alih semangat kewanitaannya bertambah, malah mungkin bisa bikin istri pingsan dan ciut hati. Bukan saja menyeramkan, Papi yang maxi sungguh tak diperlukan, karena spec. Mrs. V punya Mami memang tidak membutuhkan yang sekaliber itu.
Kelompok suami kedua, sudah normal, tapi masih selalu merasa kurang panjang juga. Sudah mondar mandir ke sinshe, tabib, dan sejenisnya, tapi masih saja kepingin ditambah – tapi tak kunjung bertambah juga padahal sudah rutin diganduli air seember setiap kali mandi pagi (memangnya otot tukang panco yang bisa bertambah besar dengan cara angkat beban?). Suami jenis ini pun sama-sama bukan reasonable people, bukan suami yang nalar seksnya jalan, oleh karena sudi buang waktu, tenaga dan uang bertahun-tahun cuma untuk merenungkan yang satu itu: “Kok nggak gede-gede, ya Dok!”
Pesona pria, dan loyalitasnya kepada istri bukan ditentukan oleh seberapa menakjubkannya ukuran si Papi. Bukan di situ pula letak kemachoan suami, melainkan bagaimana setiap suami dapat mengaduk-aduk hati pasangan hidupnya sehingga istri merasa hidupnya jadi berbunga-bunga.
Suami yang hebat di kamar istri, adalah kalau ia merasa seperti seorang Michael Schumacher yang kendati mobilnya cuma angkot namun tetap bisa number one. Tak perlu mimpi punya Formula Satu kalau menjadi sopir saja masih kagok. Buat istri, yang penting bukan apa mobilnya, hebatnya seks suami itu, tapi siapa yang menjadi sopirnya.
Mr Pen cukup hanya dua inci pada detik-detik hidupnya yang paling bersemangat. Toh kata filsuf seks, yang ideal itu adalah yang tidak terlampau besar untuk bisa memasuki pintu kamar, tapi juga tidak terlalu kecil agar mudah mencarinya kalau hilang di kebun.
Cukup dua inci karena apa yang dijuluki G-Spot istri berada kurang dua inci dari kedalaman Mrs. V. Kita tahu G-Spot itu daerah di saluran Mrs. V yang paling peka, yang rangsangan dan keberadaannya tak lebih dari setelunjuk saja kedalamannya.
Makanya, tak perlulah repot-repot membungkus Mr Pen pakai perban, atau menyambungnya pakai penggaris untuk menempuh daerah paling peka pada wanita itu. Ukuran setelunjuk sudahlah cukup. Soalnya Mr Pen paling mungil sekalipun sudah bisa menunaikan tugasnya dengan sempurna. Tidak percaya? Tanya saja pada Bill Clinton.
Buat semua suami, diingatkan pula untuk jangan sekali-kali iseng pakai kaca pembesar mencari ke kolong-kolong istri apa betul ada tulisan G-Spot di saluran Mrs V, sebab pasti tidak bakal ketemu. Bintik G itu cuma titik imajiner yang tak terlihat mata dan yang merupakan batas arena agar bisa memberi istri rasa sejahtera kalau Mr Pen.lagi kepingin mengamuk. Tak perlu lebih dalam lagi, karena memang tak ada gunanya.
Mengamuk sampai jauh ke pedalaman istri malah bisa merusak suasana, cuma bikin istri mengaduh, bisa jadi menjerit bukan lantaran takut, tapi karena nyeri tak terperi. Mungkin bisa sampai berdarah-darah, sehingga membutuhkan perawatan luka, bahkan sampai perlu dijahit akibat luka pasca-senggama. Alih-alih enak, malah bikin trauma seks istri seumur hidup. Malapetakan, bukan?
Berepot-repot diri mimpi kepingin sebesar punya kuda bisa berisiko menambah petaka suami. Banyak teknik yang serius maupun yang dusta, sukar diterima akal medis, yang memberi banyak janji tanpa bukti, namun bisa bikin celaka. Kalau terlalu besar juga ribet bawanya, dan susah pula cari celana Hings ukuran maxi.
Hati-hati juga jika Mr Pen suka disedot vakum secara rutin oleh Sinshe supaya bengkak. Bisa putus lho pembuluh darahnya. Pembuluh darah di daerah ini bersifat buntu, sehingga jika rusak akan mengakibatkan kematian jaringan yang diberinya makan. Mr Pen yang rusak pembuluh darahnya menjadikannya cemberut seumur hidup, alih-alih bisa sempurna menunaikan tugas.
Jadi, tidak perlu-lah mimpi ingin membesarkan Mr. Pen semata wayang Anda. Tidak perlu juga dilatih dengan cara angkat beban seperti calon tukang panco. Tak perlu dipijat, diurut, atau masuk pelatnas tinju. Buat yang kebetulan mungil, terima saja apa adanya, sebab konon kata sahibul hikayat, justru yang kecil cabe rawit itu yang digemari banyak wanita bule, dan tentu kebahagiaan istri bukan di situ semata singgahnya.
Lalu di manakah kebahagiaan perkawinan itu bisa kita temukan?
Rumah perkawinan mudah goyah kalau seks semata yang jadi fondasinya. Seks cuma tiang kecil pondok perkawinan kita, sekadar pelengkap, bukan tujuan perkawinan. Karena itu jangan andalkan seks kalau yang kita nantikan adalah kebahagiaan yang lebih besar. Kebahagiaan perkawinan lebih ditentukan oleh tepat tidaknya kita memilih teman hidup.
Teman hidup tepat dipilih kalau itu buah dari bimbingan Roh Kudus. Karena itu jangan pernah mengandalkan rasa kedagingan, yang bisa membuat kita sesat ketika menentukan teman hidup terpilih yang Tuhan kehendaki. **
________________________________________________________________________


What WOMEN WANT
Empat dari lima wanita Inggris yang ditanya dalam ‘National Sex & Relationship Survey 2002 ‘ mengatakan bahwa “kasih sayang, perhatian dan pelukan” adalah hal utama yang paling diinginkan dalam sebuah hubungan cinta. Hanya satu dari lima yang mengatakan ‘seks” sebagai yang terpenting..
Dua pertiga dari 2000 wanita yang ditanyai dalam jajak pendapat tersebut juga mengatakan mereka memilih berhubungan seks di dalam ikatan pernikahan. Hanya 22% yang memilih untuk berhubungan seks di luar pernikahan. Hal ini ditanggapi secara positif oleh banyak kalangan mengingat masyarakat Inggris terkenal cukup liberal.
“Ini menunjukan para wanita di Inggris membutuhkan rasa aman dan kasih sayang untuk bisa melakukan hubugan seks dengan baik.” kata seorang pengamat dalam thisislondon.com.
Hal senada diungkapkan Ev. Hellen Pratama, pengerja GKI Anugerah Bandung. “Pendekatan wanita memang berbeda dengan laki-laki. Bagi wanita, untuk bisa doing sex dengan baik, relationship harus beres dulu. Kalau laki-laki ‘khan bisa melakukannya tanpa harus berdasar pada suatu relationship yang baik.” kata Ev. Hellen yang juga istri hamba Tuhan dari gereja yang sama.
Menurut Ev. Hellen, kebanyakan kasus hubungan keluarga yang dikonsultasikan kepadanya berkisar soal hilangnya respek istri pada suami atau sebaliknya, suami yang kehilangan kasih sayang kepada istrinya. “Buat wanita, kebutuhan untuk bisa respek ini mendasar. Jika dia tidak bisa respek tapi dipaksa untuk melakukan hubungan seksual, dia akan merasa seperti dimanfaatkan.” **











MamaOla

No comments:

Post a Comment

copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com


MamaOla