Thursday, February 16, 2012

JONATHAN PATTIASINA

JONATHAN PATTIASINA

Nama dan wajahnya tak asing di kalangan anak muda.  Salah seorang staf pengajar di STT Tawangmangu sekaligus pengurus Youth Minister Fellowship yang akhir Juni lalu berbicara dalam acara PPRG (Persekutuan Pemuda Remaja Gereja). Jo, panggilan akrab Jonathan Pattiasina berikut menuturkan hidupnya kepada Get Fresh!

DATA
Nama lengkap        : Jonathan Pattiasina
Nama panggilan    : Jo
Tempat/tanggal lahir    : Manado, 15 Januari 1966
Anak ke        : 2 dari 4 bersaudara
Nama ortu        : J.F. Pattiasina
Nama istri        : Marlina Pattiasina Tangkesalu
Nama anak        : J.C.
Hobby            : Musik
Makanan favorit        : Pedes
Minuman favorit        : Jus sirsak
Hal yang paling dibenci    : Dosa kemunafikan
Pekerjaan pertama    : Nyanyi di pub, membuat letter untuk spanduk

Jo dulu “telmi”
Saya ini anak biasa, nggak ada yang lebih alias nggak punya otak brilian.  Saya sangat bodoh dalam bidang akademis.  Rupanya saya penderita dixlesia, yang menyebabkan saya nggak bisa nangkap sesuatu secara penuh.  Misalnya saya disuruh ambil kacamata di kamar, maka saya bisa lari ke kamar dan balik tanpa bawa apa-apa.  Jadi daya tangkap saya kurang sekali.  Akibatnya saya merasa tertolak dan mulai cari perhatian.  Hidup saya kacau balau, padahal  baru berumur 12 tahun.  Saya juga sering masuk rumah sakit. Penyakitnya macam-macam seperti Hernia. Tapi semuanya disembuhkan Tuhan termasuk dixlesia, jadinya saya normal kembali.  Mujizatnya tidak secara instant, tapi terjadi hari ke hari yang saya sebut dengan kasih karunia.

Jo dan mie-kacang merah
Saya harus bilang bahwa ayah dan ibu sangat mengasihi saya.  Cuma saya selalu merasa ada yang belum memahami saya. Saya pikir itu gejolak anak remaja yang ingin dimengerti seratus persen dalam upaya mencari jati diri. Dalam fase itu, saya temukan bahwa orang tua saya tetap mengasihi saya.  Ayah saya seorang dosen salah satu kampus di Menado yang cinta Tuhan.  Kami selalu dibangunkan pagi hari untuk berdoa.  Dia mengenalkan saya pada kebenaran.  Kami nggak berasal dari keluarga yang berada tapi harus berjuang keras untuk hidup.  Saya ingat masa-masa tersulit saat ayah harus berhenti mengajar.  Setiap hari makanan kami selalu sama, yaitu mie dengan kacang merah. Yang berkesan, ayah saya berjuang begitu gigih untuk kami.  Ayah bilang jangan pernah menyerah.  Ayah selalu menunjukkan kehidupan yang benar lewat teladannya. Saya tidak pernah lihat ayah dan ibu bertengkar didepan mata kami.  Menurut saya mereka adalah tim yang sangat tangguh, sampai ibu saya meninggal saat 12 tahun yang lalu. Ortu saya luar biasa, membuat kami anak-anaknya memiliki hubungan yang cukup mesra sampai saat ini. Hubungan yang jauh bernilai dari apapun juga.

Jo jadi presiden?
Dulu saya bercita-cita menjadi Presiden orang Ambon pertama di Indonesia. Saya sempat kuliah 2 tahun ambil bidang sosial politik sebelum akhirnya keluar dan mengambil sekolah Theologia di Tawangmangu.

Jo ditantang waktu mabok
Waktu remaja sekitar umur 16 tahun,  saya punya vocal group.  Suatu saat kami diundang nyanyi di camp. Ada seorang hamba Tuhan yang berkotbah. Saya sedang duduk di belakang sambil mabuk, bahkan saat saya nyanyi pun sebetulnya sudah mabuk. Malam itu saya merasa apa yang pendeta sampaikan semuanya adalah untuk saya. Saat itu dia bicara mengenai Allah mencari orang Kristen yang benar. Saya tertemplak keras karena merasa bukan orang Kristen.  Saya tahu saya jahat. Saya menunggu orang lain maju duluan saat altar call.  Tetapi nggak ada yang maju. Saya bisikin temen saya untuk maju, tetapi pada nggak mau. Lalu saya nggak tahan dan  lari duluan ke depan, menyerahkan diri kepada Tuhan. Sejak itu hidup saya berubah. Satu hal yang paling nyata terjadi adalah kalau biasanya saya mudah memaki, saat itu hilang begitu saja. Saya nggak suka maki lagi, malah kaget soalnya bahasa saya berubah. Selain itu saya jadi nggak suka merokok lagi.  Hari itu juga saya tulis di kertas dan bernazar untuk melayani Tuhan seumur hidup.

Jo dan Jesus
Setelah bertobat, saya bertekad untuk konsentrasi pada kebenaran dan tidak akan menyerah sampai kebenaran mengubah saya. Termasuk rasa lapar dan haus yang terus saya bajak waktu itu. Saya rindu dan haus untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Melihat teladan ayah dan ibu, saya belajar bahwa hubungan adalah sesuatu yang sangat penting sehingga saya bisa bangun komunikasi dua arah dengan Tuhan. Hubungan dengan Tuhan adalah sebuah kekuatan. Kesadaran akan kehadiran Allah dalam kehidupan saya adalah kunci untuk saya bisa bergaul bersama dengan Dia. Ini semua kasih karunia.  Saya tahu Dia selalu bersama saya dan saya selalu dengar Dia berkata Dia mengasihi saya. Walaupun pada saat saya butuh uang, Dia tetap bilang Dia mengasihi saya.  Sebab bagi Tuhan, kasih itu kan tanpa syarat tapi janjinya yang bersyarat. Saya pelajari hal itu dalam langkah saya bersama dengan Tuhan.

Jo dan kehadiran Tuhan?
Kalau saya ditanya apakah Tuhan ada dalam kita? Jawabannya ya. Dia selalu ada dalam kita tapi kenapa kita selalu merasa tidak? Masalahnya kita tidak mempunyai kesadaran yang baik, itu adalah latihan rohani. Dalam roh manusia adakan yang disebut intuisi, ada kemudian yang disebut dengan fellowship dan conscious (hati nurani). Conscious diterjemahkan sebagai kesadaran.  Kesadaran dan fellowship ini harusnya distimulasi terus.  Misalnya sekarang selagi diwawancarai saya tahu Tuhan dekat saya. Saya bisa bicara dengan Dia sekarang, dan kesadaran ini yang saya maksudkan, untuk membuka komunikasi dengan Tuhan. Itu perlu kita stimulasi dan bajak tiap saat supaya kita sadar dalam keadaan apapun Tuhan ada dalam kita dan  kenyataannya memang begitu. Pernahkah Tuhan tinggalkan kita? Tidak pernah, tapi kenapa kita sering merasa sendiri? Karena tidak sadar akan kehadiran Tuhan. Pernah nggak lihat di kebaktian waktu penyembahan ada yang sampai nangis tapi ada yang masih “menghitung lampu gereja”. Masalahnya dia tidak punya kesadaran untuk menerima kehadiran Allah.  Selalu bangun komunikasi dengan Tuhan!  Itu nggak terjadi dalam waktu singkat tapi proses bergaul dengan Tuhan. Artinya renungkan Firman Tuhan, berdoa, diskusi dan bicara denganNya.

Jo berkhotbah
Kakak rohani saya adalah Bapak Da Costa dan Sam Soukotta. Beliau membina dalam arti memberikan keleluasaan kepada saya untuk melayani.  Salah satu syarat untuk bertumbuh adalah melayani. Umur 18 tahun saya pimpin persekutuan doa di gereja. Saya berkhotbah pertama kali di jalanan, baru kemudian di sekolah. Jadi orang tidak memberi kesempatan tetapi saya menciptakan kesempatan sendiri untuk berkotbah. Saya sering khotbah “bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat!”. Khotbah itu kan menyampaikan apa yang ada di alkitab.

Jo punya misi khusus
Misi khusus untuk anak muda datang tahun 1989 ketika saya pulang dari Australia. Tuhan berbicara pada saya bahwa Tuhan ingin mempersiapkan suatu generasi Daud untuk bangsa ini. Generasi Daud adalah generasi yang taat akan perintah Allah. Sejak itu saya konsentrasikan pelayanan saya kepada anak-anak muda. Tapi saya bukan hanya mempersiapkan mereka tetapi memfokuskan, melatih, mempertajam,dan melepas mereka dalam pelayanan.

Jo diuji Tuhan
Saya melihat hari demi hari itu seperti proses.  Setiap hari saya punya pengalaman khusus dengan Tuhan.  Ya diuji kerendahan hati, diuji apakah saya berjalan pada keyakinan sendiri atau kehendak Tuhan. Saya melihat bahwa sikap saya sangat menentukan masa depan, kemana saya pergi atau bergerak.  Tiap keputusan yang saya ambil tiap hari itu karena pertolongan dan kasih karunia Tuhan yang bikin saya kayak begini sekarang.  Pengalaman hidup saya tidak spektakuler, sangat biasa tapi saya tahu bahwa keputusan yang diambil dalam perjalanan hidup inilah yang membentuk saya. Saya percaya sikap kita menentukan sejauh mana kita akan melangkah.

Jo’s message
Siapapun, apapun latar belakang pendidikannya, anak muda itu dapat dipakai oleh Tuhan. Kebanyakan orang cari yang spektakuler, tapi saya sendiri nggak punya yang spektakuler.  Ada yang anggap pengalaman saya spektakuler tapi saya anggap normal sekali karena merupakan proses sehari-hari.  Jaman sekarang Tuhan tidak cari hamba Tuhan yang cuma pandai khotbah. Tuhan mau ada anak Tuhan yang mendengarkanNya.  Siapapun dia, saya tetap percaya bahwa semua orang percaya adalah hamba Tuhan.  Kita perlu mendengar secara profetik dan bertindak secara apostolik.  Bahkan dalam Yohanes 5:19 kita perlu lihat apa yang Bapa sedang kerjakan sekarang untuk kemudian dilakukan.

Motto hidup Jo
KISS! yang pertama artinya mencium, bicara tentang penyembahan dan hubungan.  KISS itu singkatan dari keep it simple, artinya selalu berpikir yang sederhana. Yang rumit kita buat sederhana, yang sederhana jangan dibikin rumit. Hidup ini sudah cukup complicated, kita usahakan sesimple mungkin. (ti)

No comments:

Post a Comment

copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com


MamaOla