Tuesday, November 20, 2007

AMBILKAN BULAN BU

Ambilkan Bulan Bu
Ambilkan Bulan Bu
Yang selalu bersinar di langit
Di langit Bulan benderang
Cahyanya sampai ke Bintang

Tau kan lagu anak-anak di atas? Waktu kita kecil kita sangat senang dengan Bulan karena cahyanya benderang. Tapi tau enggak kalo lagu itu rancu? Bukan Bulan yang cahyanya sampe ke Bintang, justru sebaliknya, Bulan mendapatkan cahayanya tersebut dari Bintang, yakni matahari. Bulan tidak mempunyai cahayanya sendiri, ia hanya memantulkan cahaya matahari atau bintang ke bumi. Tetapi Bintang mempunyai cahayanya sendiri, termasuk matahari.

Pernahkah kamu menggelar tikar di lapangan luas pada malam hari dan tidur menatap langit penuh bintang? Sangat indah bukan? Coba kamu gelar tikar itu, pandangi langit sekali lagi, tapi kali ini di siang hari! Hasilnya pasti silau, en kamu cuman liat awan-awan doang. Lho.. bintangnya pada kemana? Apakah bintang-bintang tersebut hilang? Tidak kan? Kamu pasti percaya bahwa bintang-bintang itu masih pada tempatnya. Hanya saja tidak keliatan.

“..supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15 ).

Mungkin di antara kita ada yang komplen, kenapa sih Indonesia bahkan dunia ini makin hari makin kacau aja? Kapan sih Indonesia adem ayem tentrem? Kapan sih RT-RW kita adil makmur sejahtera? Kok, makin hari makin gelap aja!

Hey! Liat lagi kalimat terakhir tadi, “kok, makin hari makin gelap aja?”. Bukankah gelap itu adalah kesempatan buat bintang biar kelihatan bercahaya? Ayat diatas bilang kalo kita-kita inilah bintang-bintang yang bercahaya di tengah angkatan yang bengkok dan dunia yang makin gelap! So, jangan komplen kalo makin dunia gelap, karena itu kesempatan anak-anak Tuhan buat bisa mancarin cahayanya.

CARA HIDUP DI BUMI

Orang banyak pikir kita jadi terangnya Tuhan alias jadi bintang-bintangnya Tuhan itu cukup dengan cara berdoa, melayani Tuhan di gereja, memisahkan diri dari “dunia”, hidup “kudus” en suci, layaknya hidup di sorga. Ya, kadang kita tau “cara hidup di sorga”, tapi nggak tau “cara hidup di bumi”!
Gimana emang cara hidup di bumi?

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16).

Yap. Berbuat baik agar orang memuliakan Bapa. Itulah cara hidup di bumi. Banyak orang berbuat baik. Sidharta Gautama berbuat baik, bahkan Britney Spears berbuat baik, tapi kita harus lebih dari berbuat baik karena 4 alasan:
1. Karena kita cinta Tuhan, cinta jiwa-jiwa dan cinta tanah air.
2. Agar orang melihat dan kemudian memuliakan Bapa di Sorga (Matius 5:16)
3. Karena “..tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Tim 3:17)
4. Karena “..jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” (Yakobus 4:17)
5. Karena kita harus berbuat baik meskipun orang lain berbuat jahat kepada kita, “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.” (Lukas 6:33).

Banyak orang berbuat baik, Sidharta Gautama berbuat baik bahkan Britney Spearspun berbuat baik, tapi anak-anak Tuhan tidak berbuat baik, itulah hal yang ironis. Dan tragis.

TENGOK
Masih ingat cerita orang Samaria yang menolong orang yang terluka? (Lukas 10:33-35). Atau cerita pemenang Nobel di atas? Atau perjalanan hidup Bunda Theresa?

Coba tengok sekeliling kita. Pernahkah kita ajak makan pengamen yang tiap siang berdiri depan pintu kos sambil menggenjreng gitar bututnya? Pernahkah kita memberi sesuatu yang lebih dari sekeping logam 100 perak sama pengemis yang selalu kita jumpai di depan gerbang kampus? Pernahkah kita turun dari sepeda motor, menutupi lubang-lubang di jalan agar orang tidak terjatuh, lalu berhenti mengomel tentang ketua RW kita yang nggak peduli sama jalanan? Pernahkah kita datang sama tetangga kita yang sakit dan mengantarkannya berobat? Pernahkah kita pergi ke rumah sakit dan menghibur orang yang dalam penderitaan? Pernahkah kita menghampiri tukang parkir di sekolah kita dan memberinya sekaleng kue untuk dia merayakan idul fitri dengan keluarganya?

Lupakanlah diri kita sendiri demi orang lain dan orang lain tidak akan melupakan kita. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 7:12).

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6:9).

So, hari makin gelap. Waktunya Bintang bercahaya. (F!)

MamaOla