Friday, May 7, 2010

Santy Soeyitno: Bermimpi Lewat Foto Hitam Putih

Santy Soeyitno:


Bermimpi Lewat Foto Hitam Putih


Santy Soeyitno (36) adalah seorang wanita urban yang hidupnya penuh warna.  Sejak mengenal Yesus Kristus sebagai Juruselamat tahun 1997, ia aktif menjadi wanita pendoa – dan kini bahkan secara khusus menjadi pendoa syafaat di GBI Gatot Soebroto Jakarta sejak September 2002. Selama masa liburan Lebaran kemarin pun, ia mengalokasikan waktu beberapa jam setiap harinya untuk berdoa bersama teman-temannya. “Melalui doa saya dapat kekuatan untuk terus melangkah dan melayani Dia.” kata Santy.

Dalam kesehariannya, Santy bekerja sebagai Business Development Director untuk sebuah perusahaan investasi keuangan di daerah Kuningan Jakarta.  Siapa nyana, di balik profilnya sebagai seorang pebisnis,  Santy adalah juga seorang fotografer yang tahan banting. “Tadinya cuma hobby saja karena saya senang dengan keindahan yang ditangkap lewat kamera. Awalnya pun saya cuma menggunakan kamera poket yang sangat sederhana. Pernah pada suatu kali, setelah saya memotret cukup banyak, rol-nya tidak berputar.” kata Santy sambil terbahak, mengingat pengalamannya itu.

“Akhirnya saya mengikuti kursus memotret di sebuah sekolah memotret di Jakarta sampai jadi asisten seorang fotografer kondang yang terkenal dengan foto-foto fashion-nya. Setelah beberapa waktu, saya mulai memasuki dunia media massa dengan bekerja di (alm) majalah Sarinah.  Disitulah saya punya banyak kesempatan untuk memotret di luar negeri.” kata Santy yang akhirnya menjadi spealisis pemotret fashion yang langganan memotret berbagai acara pagelaran fashion di Asia dan Eropa.
Pengalaman Unik: Digampar

Santy mengakui bahwa pengalaman yang unik ketika memotret justru didapatnya ketika ia digampar oleh para bodyguards Naomi Campbell, saat bekerja sebagai fotografer di  harian Bisnis Indonesia.  “Waktu itu entah mengapa, Naomi Campbell cuma dapat kelas ekonomi ketika terbang dari Singapura ke Jakarta untuk mengikuti pembukaan Fashion Café. Karena mungkin merasa lelah, ia tidak mau difoto ketika tiba di Jakarta. Sementara itu, fotografer seperti saya yang sudah 2 jam menanti dan dituntut untuk mendapatkan foto harus tetap memotret juga.

Akhirnya saya mengejar Naomi dan berusaha memotretnya terus sambil berjalan mundur.  Karena merasa tidak mendapatkan moment yang baik, saya menyelinap untuk memotret dari bawah ketika Naomi hendak masuk ke mobil.  Tiba-tiba salah seorang bodyguard-nya langsung menghadiahi  saya bogem mentah sehingga mata saya biru selama 2 minggu. Tetapi akibat hal ini, Naomi jadi ingat saya terus. Ketika akhirnya saya bertemu Naomi kembali keesokan harinya, ia meminta saya untuk bertukaran jaket dengannya.  Tentu saja jaket saya terlalu kecil ketika dikenakan olehnya.” kata Santy yang tingginya 1.58 m ini sambil kembali terbahak.
Hitam Putih = Memunculkan Karakter

Santy sangat menyukai foto hitam putih karena menurutnya foto jenis ini memiliki spirit yang kuat dalam visualisasinya. “Kebetulan saya juga penggemar foto human interest. Dengan foto hitam putih ini, kita bisa menampilkan foto-foto human interest dalam suatu dimensi yang berbeda dari yang biasa kita lihat kasat mata. Karakter yang difoto pun bisa divisualisasikan dengan sangat kuat, sangat cantik dan sangat menarik untuk dinikmati.” kata fotografer yang terbiasa untuk menggunakan berbagai jenis kamera dengan peralatan yang seadanya ini.

TIPS memotret foto hitam putih                                                                                                    ala Santy Soeyitno:



  1. Menguasai teknis memotret foto berwarna


Jika seseorang sudah biasa bermain di foto berwarna, ia dapat lebih menjiwai ketika beralih ke foto hitam putih dan bukan sebaliknya.



  1. Berani bermimpi


Dalam foto berwarna kita bisa bermain warna, sedangkan di foto hitam putih kita harus main di basic. Untuk itu kita musti berani bermimpi karena foto hitam putih itu kasat mata.

  1. Tertarik pada manusia


Objek foto hitam putih yang paling kuat adalah manusia (human interest) karena karakternya mudah terlihat.  Jika kita memotret benda mati, kita harus bekerja lebih keras dalam mengatur lighting dan komposisi agar karakter benda tersebut bisa keluar.

  1. Cermat memilih Tempat Cuci Cetak


Jika kita bisa mencuci sendiri itu akan baik sekali, tapi jika tidak memungkinkan, harus mencari tempat cuci cetak yang dapat mencuci foto hitam putih dengan baik. Di Jakarta saja cuma ada beberapa tempat yang dapat mencuci foto hitam putih dengan baik.

  1. Mempersiapkan Doku Yang Cukup Banyak


Dana memotret foto hitam putih bisa 2 hingga 4 kali lebih besar dari memotret foto berwarna. Proses cetaknya pun lebih lama.  ASA minimal yang paling baik untuk foto hitam putih adalah ASA 400, karena hasil pemotretan dari ASA ukuran ini dapat dinaikan pada waktu proses pencucian mengingat ASA 800 dan ASA 1600 sulit dicari di Indonesia (Santy sendiri sering menggunakan ASA 3200 yang harga per rolnya mencapai sekitar Rp  70.000,-).

No comments:

Post a Comment

copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com


MamaOla