Wednesday, May 14, 2008

JANGAN SALAH PAKE KACAMATA

LIFE IS BEAUTIFUL
Aku nonton lagi my favorite film berjudul Life Is Beautiful, film drama komedi pemenang Academy Award 2000 untuk skenario terbaik kategori film non Amerika. Film ini menceritakan tentang kasih seorang ayah yang tidak ingin anaknya yang masih kecil menderita. Di tengah tekanan Nazi jaman itu, sang ayah yang adalah keturunan Yahudi harus mengalami kerja berat sementara orang yang tidak mampu bekerja, seperti anak kecil dan orang tua, habis dibantai. Sang ayah memberikan suatu sudut pandang kepada anaknya, ia mengatakan kepada anaknya bahwa semuanya hanya permainan seperti petak umpet dengan Nazi, jangan sampai ketahuan dan jika mengikuti aturan akan mendapat point dan jika bisa ngumpulin 1000 poin maka akan dapet hadiah utama. So, sementara semua dianiaya oleh Nazi, si anak menikmati masa kecilnya bermain petak umpet dengan gembira karena ia memandang semuanya hanyalah permainan.

KACAMATA
Life is beautiful, betul kata Antonio Benigni, pemain ayah dalam film itu, tergantung bagaimana kita memandangnya. Optimis or pesimis. Si Bowo dan Si Gun-gun dikirim bosnya buat survey perluasan pasar untuk produk sendal jepitnya ke Kuruwawa, sebuah dusun luas di pedalaman Afronisia. Seminggu kemudian mereka pulang membawa berita yang sama but beda buat bosnya. Bowo melapor bahwa, “Bos! Semua orang disana nggak ada yang pake sendal! Waduh, jangan mau jualan sendal jepit di Kuruwawa! Nggak bakalan laku!”, sementara Jordan melapor, “Bos! Semua orang disana nggak ada yang pake sendal! Ini kesempatan kita untuk masarin produk kita! Pasti laku, Bos! Hua ha ha”. Pesimis atau optimis tergantung kacamata.

Si Yobulu dan Mapili, sebut saja begitu, adalah teman segank-nya Yosua dan Kaleb. Mereka adalah empat orang dari selusin orang yang diutus Musa buat survey juga, kali ini ke tanah Kanaan, sebelum mereka semua bisa masuk ke kota itu. Pulangnya mereka laporan. Si Yobulu dan Mapili berkata, “Musa, di Kanaan buanyak raksasa, dan kita kayak belalang en bisa dijadiin santapan buat mereka! Sebaiknya kita jangan masuk ke sana!”. Serupa tapi tak sama hasil laporannya Yosua dan Kaleb, “Musa, Kanaan buanyak raksasa, dan mereka bagaikan belalang en sarapan buat kita, karena kita datang bersama Tuhan pencipta langit bumi! Mari kita masuk ke dalamnya!”. Pesimis atau optimis tergantung kacamata.

Seekor marmut kaku melihat seekor kobra menatapnya penuh rasa lapar. Mata kobra menghipnotis menusuk bola mata dan nyali si marmut yang tak bisa menggerakkan anggota badannya yang tiba-tiba kaku padahal si kobra masih dua meter jaraknya. Sampai akhirnya seorang pengembara menghalangi pandangan si marmut sehingga dia dengan secepat kilat masuk ke lubang pohon. Coba kalo dari tadi si marmut nggak terfokus sama si kobra, pasti nggak kaku dan bisa langsung lari. Tergantung kacamata!

Daud dibanding kakak-kakaknya? Jauuh man! Daud kecil imut sementara kakak-kakaknya tinggi besar en udah digojlok di militer. Lalu Daud dibanding Goliat? Bukan jauh lagi, tapi puluhan kali bolak balik Cirebon-Venezuela nggak nyampe-nyampe saking jauhnya. Raja Saul dan orang Israel mukanya pucat pasi, lidah menjulur, mata melotot, keringat membanjir, gara-gara ketakutan sama Goliat. Tapi apa kata si imut Daud? “Dasar Goliat bongsor, kamu boleh datang pake pedang panjang, tapi aku datang dalam nama Tuhan pencipta langit dan bumi!” dan syut... BAM! jidat Goliat ancur kena ketepel Daud. Gubrak! Pesimis atau optimis. Daud memakai kacamata Allah, melihat kepada Allah dan bukan pada Goliat. Kacamata.

Pas Stefanus dilempari batu, ia memakai kacamata Allah, ia tidak melihat batu-batu itu, tetapi melihat orang-orang yang melemparinya dan berdoa mengampuninya.

Pas murid-murid Yesus terjebak cuaca badai di tengah laut, mereka salah memakai kacamata, yang hanya melihat badai, padahal disitu ada Yesus sang pencipta cuaca.
Pas kita berhadapan dengan iblis, muka dengan muka, pake kacamata yang tepat, sehingga kita nggak terfokus pada gigi taring si iblis yang cuman boongan, tetapi kepada sendal yang dipake Yesus yang siap menginjak-injak si iblis. (Lukas 10:19).
Kacamata apa yang sedang kita pake? Itu akan sangat menentukan jalan hidup kita. Sayangnya, pas kita lagi dalam masalah, seringkali kita salah pake kacamata yang hanya melihat kepada besarnya masalah itu, akibatnya kita jadi menyerah pada keadaan, hati jadi pahit dan kecewa sama orang lain, pikiran jadi pesimis melulu, iman tidak lagi jadi berfungsi dan masalah rasanya besaaar sekali. Padahal ada yang lebih besar. Yesus. (F! www.kacamata3d.blogspot.com)

1 comment:

  1. My decicion is this: That i want to use JESUS's eyeglass...

    He..he..

    ReplyDelete

copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com


MamaOla