Kekristenan di
Cina, sebuah negara komunis yang sering menekan umat beragamanya, berutang
besar pada keberanian dan karya besar seorang pendeta yang pernah masuk rumah
sakit jiwa, John Sung. Tanpa John Sung udah pasti wajah Kekristenan di Negeri Tirai Bambu itu bakal beda banget ama yang sekarang. Bisa dibilang, John Sung adalah
salah satu misionaris Kristen terdahsyat di abad XX yang pernah dilahirkan di
tanah Cina dan berhasil menggerakkan bangsanya, dan juga bangsa Asia lainnya,
melalui kiprahnya. (cs)
John Sung
Si Pemberani yang Gila
Sejak dilahirkan di Fukien, Cina, tahun 1901, John
Sung dibesarkan dengan ajaran-ajaran Kristen yang dianut ayahnya, anggota
Gereja Metodis Wesleyan Amerika. Ia sering membantu tugas-tugas gerejawi di
lingkungan tempatnya tinggal, karena ayahnya juga menjabat sebagai pastor di
gereja setempat. Ia dikenal sebagai “Pastor Kecil,” karena saat ayahnya jatuh
sakit atau sedang berhalangan, John Sung berani naik ke mimbar dan bicara di
depan jemaatnya.
Sejak kecil, kecerdasannya
sangat terlihat sehingga ayahnya mengirim John ke AS buat kuliah. Sambil bekerja membiayai hidupnya sendiri di sana, John
berhasil ngedapatin langsung gelar sampai doktor (S3 bidang Kimia) hanya dalam waktu lima
taon. Tentu aja apapun yang dia
pengen bisa dia dapetin. Posisi yang bergengsi dalam pekerjaan bisa diraihnya dengan gampang. Gaji besar pun siap menunggunya. Popularitas pasti ngikutin dia kemana-mana dengan gelar doktor
kimia itu.
Tapi, dia terhenyak waktu baca sebuah
ayat, Markus 8:36, “Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.” Dia jadi sangat gundah memikirkan ayat tersebut. Saat itu, kebetulan
seorang pendeta Metodis menghampirinya dan mengajaknya belajar teologi di Union
Theological Seminary di New York. Namun justru masa ini menghancurkan
semangatnya. Di Union ini, John Sung justru diajarkan banyak hal tentang
teologia modern (gagasan bahwa Tuhan sudah mati), bukan ajaran-ajaran yang
jelas yang berasal dari Alkitab. John mulai meragukan segala hal yang telah
diserapnya sejak dia kecil.
John berkesimpulan kalo emang Tuhan udah mati dan Kristus nggak bangkit, maka nggak ada gunanya dia belajar tentang Kekristenan. Nggak ada gunanya buat siapapun mengikuti Kristus. Dia mulai beralih ke
ajaran-ajaran lain dalam kegundahannya itu. Dia terus mencari
apa itu kebenaran.
Masa pencarian dalam krisisnya itu berlangsung
selama empat puluh hari. Di hari yang ke-40, tanggal 10 Februari 1927, John
Sung mengalami suatu keajaiban. Pada hari itu, keinginannya buat hidup udah benar-benar hilang lenyap. Dalam batinnya terjadi kecamuk
besar antara mendengarkan yang mana Roh Allah dan yang mana Roh Setan. Tapi di
tengah kegalauannya itu, ia bertekun berdoa dan mengakui segala dosa-dosanya.
Mendekati tengah malam, tiba-tiba dia melihat Kristus yang disalib hadir di depan matanya. Kristus berkata
langsung padanya, “Dosamu diampuni, dan sekarang namamu adalah John.” Jiwanya diubahkan
oleh pengalaman ini. Dia merasa diurapi di atas kepalanya ama Roh Kudus,
terus-menerus, dalam gelombang demi gelombang. Di tengah malam itu, dari kamar
asramanya yang ada di lantai empat, ia berlari keluar dan berteriak-teriak,
“Haleluya! Haleluya!” kayak orang gila.
Selama seminggu berikutnya, dia bicara di depan umum tentang Juruselamat-nya itu. Dia juga nggak sungkan-sungkan nunjuk orang-orang yang berposisi
tinggi di Union Theological Seminary dan menuduh mereka berdosa besar karena udah menyesatkan ajaran Tuhan. Karena keberaniannya ini, dia ditangkap dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
Menghabiskan 193 hari di RSJ ini justru menjadi
sekolah teologi yang sesungguhnya bagi John. Dia menghabiskan
waktunya buat membaca satu buku, yaitu Alkitab, sebanyak 40 kali berulang-ulang, dari
awal sampai akhir.
John keluar dari RSJ buat dipulangkan ke
Cina, tanpa lulus dari Union. Di tengah perjalanannya, di atas kapal besar yang
ditumpanginya, John benar-benar ngerasain kalo dia dipanggil buat melayani Tuhan
sebagai pendeta, bukan sebagai yang lain. Kemudian dia membuang
seluruh ijazah yang diperolehnya selama bersekolah di Cina, dan cuman menyimpan ijazah doktornya buat dikasihin ke ayahnya. Buat dia, semua itu sudah nggak ada artinya.
Sesampainya di Cina, dia langsung
memulai karyanya. Dia berceramah dari kota ke kota tentang Kekristenan, terutama tentang
bagaimana manusia telah berdosa dan perlu pengampunan dari Tuhan. Ajarannya
keras; baginya, sekedar mengaku dosa dan bertobat saja nggak cukup. Orang
harus membayar ganti akibat dosa-dosa yang udah diperbuatnya.
Jemaat yang dilayani oleh Sung selalu merasa tergerak
dan banyak yang menangis di tempat kapanpun ia bicara tentang kasih Allah. Namun
demikian, John juga dikenal nggak punya rasa takut. Dia berani
menunjuk orang-orang besar dan mengatakan kalo mereka salah
dan perlu Tuhan, bahkan para pastor sekalipun. Di seluruh Cina, orang-orang
membicarakan betapa besar kuasa Tuhan yang dinyatakan pada mereka lewat sosok
pendeta yang kurus kecil tapi tegar ini. Dalam waktu kurang dari 10 taon, sekitar 100 ribu orang Cina bertobat karena denger khotbah-khotbahnya.
Dia meninggal pada usia yang masih sangat produktif, 43 taon, karena TBC, sebagai penginjil Cina paling berpengaruh pada masanya. [cs]
Copyright majalah GFRESH! www.anakmudanet.blogspot.com
I adore him!!! Really! The best missionary I've ever heard!
ReplyDelete